Kisah kelam dibalik Tung Desem Waringin yang lahir pada saat ayahnya mengalami kebangkrutan sehingga dengan keadaan terdesak uang sumbangan dari saudaranya yang pada awalnya akan dipergunakan untuk melunasi hutang dipakai untuk menebus Tung Desem Waringin ketika lahir di rumah sakit. Pria yang akrab disapa Tung merupakan anak ketiga dari lima bersaudara yang lahir di Solo pada 22 Desember 1967. Sejak kecil Tung adalah sosok yang biasa-biasa saja, tetapi ketika ia duduk di bangku SMP pemikirannya mulai berubah dan bertekad untuk menjadi pintar dengan mengikuti les kimia serta bergaul dengan teman-temannya yang cerdas. Namun, ia belum mampu mewujudkannya hingga saat SMA pun ia menyelesaikan pendidikan dengan empat kali mengulang. Setelah masuk di perguruan tinggi, Tung Desem Waringin lebih memilih bergaul dengan mahasiswa terbaik di bidangnya baik itu di lembaga kemahasiswaan maupun mata kuliah. Hasilnya, ia banyak mendapatkan piagam penghargaan atas prestasinya sebagai mahasiswa teladan di kampusnya.
Awal kesuksesan Tung dimulai ketika ia mencoba melamar pekerjaan di BCA (Bank Central Asia) setelah ia lulus dari Universitas Sebelas Maret pada tahun 1992. Ia berhasil diterima bekerja dengan menyisihkan 200 pelamar lainnya dan menjadi lulusan terbaik dari program Management Development Program di tahun 1992. Tung kemudian bekerja sebagai manajer di Bank BCA cabang Surabaya dan berhasil mengubah reputasi kantor tersebut menjadi nomor satu di Indonesia yang sebelumnya berada pada urutan ke-20. Setelah itu, ia dikirim ke Jakarta dan kembali mampu membenahi 22 kantor cabang pembantu yang memiliki kinerja buruk se-Indonesia. Ketika krisis melanda Indonesia tahun 1998 dan membuat BCA kolaps sehingga kantor cabang BCA lain kehabisan dana karena penarikan besar-besaran oleh nasabah di Malang. Berbeda dengan kantor BCA di bawah pimpinan Tung malah mengalami surplus dana. Hal ini yang membuat ia memperoleh bonus tiga kali dalam setahun, padahal idealnya hanya satu kali setahun.
Pada saat puncak karirnya yang melejit dengan pesat, suatu hari ia dilanda musibah yaitu Ayahnya Tatang Sutikno jatuh sakit. Ayahnya menderita penyakit liver dan terkena virus yang belum diketahui obatnya di kala itu dan diharuskan menempuh perawatan intensif di rumah sakit Singapura. Tung kesulitan dalam membayar biaya rumah sakit Ayahnya dikarenakan nilai tukar mata uang rupiah ketika tahun 1998 yang tidak stabil, sehingga gaji dan tabungannya tidak seberapa jika ditukar ke dalam mata uang asing. Di balik kebingungannya mencari uang untuk melunasi biaya rumah sakit Ayahnya, ia mengikuti seminar Anthony Robbins seorang motivator termahal di dunia yang mengadakan seminar di Singapura dengan tiket seminar seharga 10.000 Dolar Singapura. Meskipun dalam keadaan bangkrut, Tung kemudian nekat untuk mengikuti seminar tersebut dengan meminjam uang sebesar 5.000 Dolar dari temannya yang seorang pengusaha pemilik Columbia Furniture bernama Leo Chandra. Selain itu, ia juga menjual tanah dan mendapat bantuan dari saudaranya dan berhasil membeli tiket seminar tersebut. Di tahun 2000, ia kemudian mengundurkan diri dari BCA setelah berhari-hari mendengarkan VCD rekaman Anthony Robbins. Namun, kemudian ia menerima tawaran pekerjaan dari Lippo Group sebagai Senior Vice President. Tung bekerja disana hanya setahun, kemudian ia mengundurkan diri. Selanjutnya, ia bertekad menjadi seorang motivator setelah banyak mengikuti seminar Anthony Robbins di Amerika dan mengikuti seminar Robert Kiyosaki, Bob Proctor serta Robert G. Allen. Penampilan pertamanya sebagai motivator bisa dibilang berantakan saat membawakan acara di gedung KONI Jakarta yang dihadiri oleh ribuan karyawan Columbia Furniture. Sifatnya yang tidak kenal menyerah dan selalu berusaha, suatu hari di balai Sarbini membuat seminarnya berhasil sukses. Hasil seminarnya dapat dilihat dari meningkatnya penjualan barang-barang Columbia Furniture sebanyak 40%. Popularitasnya sebagai motivator semakin cemerlang sejak saat itu dan banyak perusahaan yang mengundang dirinya sebagai pembicara atau motivator dengan hasil yang memuaskan.
Banyaknya tawaran dan terus berlatih melalui pengalaman serta jam terbang, ia pun menjadi salah satu motivator terbaik dengan tarif sebesar 8.000 Dolar dalam sekali seminar. Dalam satu bulan rata-rata ia mengisi acara seminar hingga tiga puluhan. Tung menggunakan helikopter dalam bepergian dari satu acara ke acara lain dikarenakan banyaknya agenda yang harus ia hadiri dalam waktu yang bersamaan. Selain menjadi seorang motivator yang sukses, ia juga menulis buku-buku motivasi yang laku keras dipasaran. Salah satu bukunya yang berjudul “Financial Revolution” mendapat rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai buku inspirasional pertama dengan penjualan 10.511 buah pada hari pertama diluncurkan. Pendapatannya sebagai seorang motivator dan penulis dipergunakan untuk membeli saham, surat hutang, dan reksadana serta membeli beberapa properti di Singapura. Selain itu, ia juga mendirikan banyak usaha lain seperti resort di California dan mendirikan pabrik batik di Solo. Adapun salah satu quotes dari beliau yaitu “tak selamanya hidup sesuai harapan, namun itulah yang akan kita kenang di masa depan nanti”.
Referensi:
Nurdyansa (2020, Desember 27). Biografi Tung Desem Waringin, Kisah Perjalanan Motivator Terbaik Indonesia . Retrieved September 29, 2022, from https://www.biografiku.com/biografi-tung-desem-waringin-motivator-terbaik-indonesia/
Asih, W.R. (2021, September 01). Profil Tung Desem Waringin, Motivator Marketing asal Solo yang Mendunia. Retrieved September 29, 2022, from https://www.google.com/amp/read/20210901/265/1436533/profil-tung-desem-waringin-motivator-marketing-asal-solo-yang-mendunia
Penulis : David Christian Hanjaya
Penyunting : Ni Wayan Diah Okta Wardani