Identitas Buku
Judul Buku : Cantik Itu Luka
Pengarang : Eka Kurniawan
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Cetakan V, Januari 2015
Tempat Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 494 Halaman
Genre : Non Fiksi
ISBN : 978-602-03-1258-3
Cantik Itu Luka merupakan debut novel pertama dari Eka Kurniawan, seorang penulis kelahiran Tasikmalaya tahun 1975. Eka Kurniawan merupakan alumni Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada tahun 1999. Novel ini terbit pada tahun 2002 dengan mengusung genre surealisme-sejarah-filsafat yang langsung menarik perhatian seluruh pembaca sastra tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia.
Kisah ini bermula dari Dewi Ayu, gadis cantik keturunan Belanda yang lahir pada masa kolonialisme di Halimunda. Ketika akhir masa penjajahan Belanda, banyak orang atau keturunan Belanda pergi dari Indonesia, tetapi ia memilih untuk tetap tinggal. Saat penjajahan Jepang, orang Belanda yang masih menetap di Indonesia ditangkap dan dikirim ke Blondekamp yaitu penjara yang sesak dan menjijikkan, tak terkecuali Dewi Ayu. Singkat cerita, gadis-gadis cantik yang ada di penjara dipindahkan ke sebuah rumah besar dengan iming-iming menjadi perawat. Kenyataannya mereka akan dijadikan pelacur di tempat pelacuran yang dikelola Mama Kalong.
Dewi Ayu sangatlah cantik, maka tak heran banyak pria yang rela mengantri untuk tidur dengannya. Hingga akhirnya ia melahirkan empat orang putri. Tiga keturunannya diberkahi kecantikan yang sama seperti dirinya, Alamanda, Adinda dan Maya Dewi, hanya satu keturunannya yang tidak mewarisi kecantikannya yang diberi nama Si Cantik. Berparas cantik bukan berarti selamanya bisa hidup dengan baik. Keturunannya selalu mengalami kejadian buruk. Ternyata kecantikan mereka dikutuk oleh roh jahat Ma Gedik, lelaki tua yang dinikahi Dewi Ayu yang ternyata mantan kekasih Ma Iyang neneknya Dewi Ayu. Ia menyimpan dendamnya karena sakit hati lantaran cintanya direbut oleh kakek Dewi Ayu untuk dijadikan Gundik. Pernikahan Ma Gedik dan Dewi Ayu semakin tidak beres hingga berakhir dengan kematian Ma Gedik yang berusaha bunuh diri dengan terjun dari bukit persis yang dilakukan Ma Iyang beberapa tahun lalu.
Alamanda anak pertamanya kemudian menikah dengan Shodanco, pemimpin militer masa itu, terpaksa menikah karena lelaki itu telah memperkosanya. Hingga mereka memiliki seorang putri cantik bernama Nurul Aini. Adinda anak keduanya, menikah dengan Kamerad Kliwon, pria tampan dan cerdas pemimpin partai Komunis yang sebenarnya amat mencintai kakaknya, Alamanda. Mereka memiliki putra bernama Krisan. Maya Dewi sejak berumur 12 tahun telah dinikahkan dengan lelaki bernama Maman Gendeng, seorang preman paling berkuasa masa itu yang sebenarnya sangat mencintai Dewi Ayu. Kedua pasangan itu memiliki seorang putri cantik yang diberi nama Rengganis Si Cantik.
Kecantikan Rengganis dan Nurul Aini membuat banyak lelaki menginginkannya, tak terkecuali sepupunya sendiri, Krisan. Ia sangat mencintai Aini, tetapi sangat menginginkan tubuh Rengganis. Hingga pada suatu saat ia berhasil menghamili Rengganis, tetapi ketika ditanya, Rengganis mengaku telah diperkosa oleh seekor anjing. Rengganis dipaksa untuk menikah dengan orang yang tidak dicintainya hingga ia memilih kabur ke hutan usai melahirkan anaknya. Hal itu membuat sepupunya sekaligus sahabatnya Nurul Aini cemas hingga jatuh sakit. Hal tersebut pula yang membuatnya terpaksa membunuh Rengganis dan membuang mayatnya ke laut.
Seorang nelayan yang melihat kejadian tersebut menganggap yang dilakukan Krisan adalah patah hati lantaran memiliki kekasih yang cantik sehingga ia menyarankan Krisan untuk mencari wanita yang jelek. Singkat cerita, Krisan menemukan seorang wanita buruk rupa tak lain bibinya sendiri, Si Cantik. Tiap malam krisan datang hanya untuk bercinta dengan Si cantik, hingga suatu saat Si Cantik bertanya “kenapa kau menginginkan aku?” dan Krisan pun terdesak dan menjawab “sebab cantik itu luka”.
Kelebihan pada novel ini yakni rangkaian rentetan peristiwa yang memiliki kisah menarik dengan mengambil tema kecantikan seorang wanita. Terdapat banyak orang zaman sekarang yang menganggap bahwa cantik adalah sebuat privilege. Selain itu cerita yang tidak mudah ditebak dan alur cerita yang sesuai dengan alur sejarah perjuangan rakyat Indonesia pada masa pasca kolonial.
Kelemahan novel ini yakni alur yang digunakan untuk menceritakan setiap peristiwa cukup kompleks atau terkesan loncat-loncat sehingga membuat pembaca terkadang kebingungan. Kata-kata yang dipakai penulis juga cukup berani atau terkesan vulgar. Banyak juga peristiwa-peristiwa yang tidak logis atau amat jauh dengan realita.
Nama Penulis: Ni Luh Gede Arma Ningsih
Nama Penyunting: Ni Wayan Diah Okta Wardani
Referensi:
Permata, T. (2021). Resensi Novel “Cantik Itu Luka”. https://www.kompasiana.com/amp/tiarapermatahp/601faeb28ede48181e197e32/resensi-cantik-itu-luka