Pasti kita sering mendengar tentang promo “8.8 Flash Sale”, “10.10 Brands Festival”, dan “12.12 Harbolnas”. Tanggal kembar ini dimanfaatkan e-commerce untuk meningkatkan traffic kunjungan, memaksimalkan scarcity effect, dan memberi rasa bangga kepada pelanggan setianya. Strategi promo tahunan ini sekarang dilakukan setiap bulan oleh para e-commerce. Lalu timbul pertanyaan, apakah konsumen tidak bosan dengan promo bulanan tersebut?
Asal Promo Tanggal Kembar
Mari, kita flashback ke tahun 2012. Pada tanggal 12 Desember 2012 untuk pertama kalinya Indonesia merayakan Hari Belanja Online Nasional atau yang biasa disebut HarBolNas. Inilah yang menjadi tonggak awal rentetan promo tanggal kembar yang berkembang sampai sekarang. Lazada menjadi pelopor e-commerce yang memeriahkan HarBolNas ini. Lazada memberikan promo cuci gudang hampir 80% untuk pelanggannya. Kampanye ini diikuti oleh e-commerce lain yang umumnya tergabung dalam Asosiasi Ecommerce Indonesia (IdeA).
HarBolNas Tahunan Berubah Menjadi HarBolNas Bulanan
Terdapat fakta menarik dari riset yang dilakukan Kredivo bersama Katadata Insight Center, bahwa secara konsisten terjadi peningkatan jumlah transaksi berbelanja online dari 13% pada 2019 menjadi 19% pada 2020 di kelompok Gen Z dan Milenial. Peningkatan ini menunjukkan bahwa konsumen sudah semakin percaya untuk melakukan transaksi digital.
Survei Lembaga riset Ipsos mencatat setidaknya sebanyak 92% responden menganggap HarBolNas menarik untuk diikuti. Adanya data tersebut memberikan arti bahwa masuk akal bila promo tanggal kembar yang awalnya digelar secara tahunan sekarang dilakukan masif tiap bulan.
Muncul Anggapan: HarBolNas Bulanan Akan Membuat Konsumen Bosan
Alih-alih menjadi bosan, promo tanggal kembar bulanan ini membuat pelanggan setia e-commerce semakin terdorong untuk melakukan checkout beberapa barang. Tidak hanya barang kebutuhan namun promo ini berhasil membuat pelanggan membeli barang lain yang tidak menjadi kebutuhannya. Dilansir dari laman antaranews terdapat tiga kategori produk yang menjadi favorit pencarian pelanggan: kategori perawatan diri, perlengkapan rumah, dan fashion. Ketiga kategori ini secara konsisten merajai tiga urutan teratas pada promo 9.9, 10.10, dan 11.11 tahun 2020.
Data Kementerian Koperasi dan UKM menyatakan, penjualan UMKM di e-commerce naik hingga 26% mencapai 3,1 juta transaksi per hari di masa pandemi. Pernyataan ini didukung dengan Data dari Bank DBS Indonesia yang menunjukkan adanya kenaikan pembelian melalui e-commerce hingga 66%. Berdasarkan data traffic dari e-commerce Sirclo, pada penyelenggaraan HarBolNas 2020 pesanan konsumen tertinggi terjadi pada tengah hari sekitar pukul 12.00 hingga 13.00. Pada jam ini e-commerce mendapat kenaikan pesanan 3x lipat dari pesanan sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masa pandemi dapat menjadi akselerasi e-commerce dalam meningkatkan penjualan.
Pemenang Traffic Terbesar E-Commerce 2021
Bila dilihat secara kasat mata mungkin kita akan beranggapan bahwa e-commerce Shopee yang akan merajai traffic e-commerce 2021. Hal tersebut dikarenakan kita lebih ‘dekat’ dengan e-commerce ini dan e-commerce inilah yang paling standout dalam mempromosikan kampanye promo tanggal kembar. Namun menurut data Similarweb kuartal I (Q1) 2021 yang dilansir dari CNBC Indonesia, Tokopedia menjadi e-commerce dengan traffic terbesar 2021. Tokopedia berhasil menguasai 32,04% traffic marketplace Indonesia pada Januari 2021 dan meningkat menjadi 33,07% pada Maret 2021. Shopee berada di urutan kedua dengan traffic sebesar 29,78% pada Januari 2021 dan mengalami penurunan menjadi 29,73% pada Maret 2021.
Keuntungan E-commerce Mengikuti Kampanye Promo Tanggal Kembar
Benar memang, bila adanya promo tanggal kembar ini dapat meningkatkan penjualan. Bahkan dalam dua tahun belakangan ini, strategi promo tersebut berhasil meningkatkan transaksi sebesar 200%. Promo tanggal kembar secara spesifik dapat meningkatkan traffic kunjungan karena tidak sedikit pelanggan yang rela menunggu dalam platform demi mendapat promo yang terkadang tidak masuk akal. Survei yang dilakukan Lembaga riset Ipsos menemukan data menarik bahwa 52% responden mengaku rela menunggu Harbolnas demi mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah.
Dalam bukunya This Is Marketing: You Can’t Be Seen Until You Learn To See, Seth Goddin mengatakan bahwa,alternatif pemasaran saat ini adalah dengan memberikan kesan ‘selalu tersedia’ pada semua produk daripada menciptakan scarcity effect. Namun nampaknya scarcity effect masih efektif dilakukan setidaknya dalam kasus promo tanggal kembar ini. Scarcity effect adalah strategi pemasaran dengan membuat ketersediaan suatu produk menjadi terbatas atau langka.
Scarcity effect yang diterapkan pada promo tanggal kembar terletak di dua dimensi, jumlah dan waktu. E-commerce hanya menawarkan promo pada produk tertentu dengan stok terbatas atau flash sale. Hal ini akan memicu munculnya jiwa kompetisi konsumen untuk mendapatkan produk keinginannya dengan harga yang lebih hemat. Adanya scarcity effect juga membuat konsumen merasa bangga karena berhasil mendapat barang keinginannya dengan harga termurah.
Penulis : Chatarina Puspita