Oleh: Widya Kristyanti
Dilema seolah-olah mengisi pikiran sebagian besar panitia program kerja LMFEB. Bagaimana tidak? Proker yang rencananya akan dieksekusi tahun ini terpaksa “tidur sejenak”. Setidaknya di kondisi saat ini mengundur segala kegiatan bisa menyelamatkan jiwa banyak orang.
Sebuah virus baru kini mengintai kehidupan manusia, Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) termasuk dalam penyakit baru yang sampai saat ini ditulis belum ditemukan obat atau vaksin untuk mencegahnya. Coronavirus merupakan bagian dari keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan hingga berat. Melalui website resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Indonesia dan beberapa media sosial lain, menyadarkan kita betapa cepat penyebaran dan berbahayanya virus ini. Masifnya penyebaran Covid-19 di Indonesia membuat pemerintah menerapkan kebijakan physical distancing dan menerapkan metode work from home, study from home, dan pray from home. Sehingga diharapkan apabila setiap elemen masyarakat mengikuti hal tersebut rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia dapat terputus.
Adapun sektor pendidikan kini juga menjadi dampak dari Covid-19. Menindaklanjuti arahan dari pemerintah pusat, Universitas Udayana mengeluarkan Instruksi Rektor No 1 Tahun 2020 yang salah satunya menginformasikan bahwa pembelajaran di dalam dan di luar kelas dalam bentuk tatap muka dengan peserta lebih dari 20 orang agar digantikan dengan pembelajaran dalam bentuk daring/online serta pelaksanaan semua bentuk kegiatan forum akademik, seperti: seminar, conference, lokakarya (workshop), FGD, dan bentuk forum lainnya, baik di dalam maupun di luar kampus sementara dibatalkan/ditunda. Namun tidak lama kemudian, kembali dikeluarkan Instruksi Rektor No 2 Tahun 2020 untuk merevisi Instruksi Rektor No 1 Tahun 2020 yang mengharuskan seluruh kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam bentuk daring/online. Hal ini menandakan bahwa kondisi semakin buruk dan penyebaran Covid-19 semakin luas. Dengan cepat seluruh proses dan kegiatan akademik dalam bentuk fisik seperti “mati suri”
Kegiatan Mahasiswa: Antara Ada dan Tiada
Saat ini kegiatan mahasiswa menjadi sorotan menarik dikalangan mahasiswa ditengah pandemi seperti ini. Salah satunya Lembaga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LMFEB) Universitas Udayana yang sangat identik dengan berbagai macam prokernya (Program Kerja). Lumrahnya pada triwulan kedua ini sudah disibukkan dengan berbagai macam unjuk kreatifitas melalui berbagai macam kegiatan. Muncul kenangan penulis seperti sekretariat bersama (Sekber) yang penuh dan padat menjadi pemandangan, kemudian rutinitas mahasiswa yang rela pulang pergi Bukit-Denpasar demi program kerja, atau bahkan aula gedung doktor yang seolah-olah “tak pernah tidur” hingga menjadi rebutan karena luapan kegiatan mahasiswa. Namun tahun ini sungguh berbeda, area kampus terasa lenggang, sepi, aula doktor yang dahulu padat kini beristirahat sejenak, tak lain semua karena Covid-19.
Beberapa bulan telah dilalui, mahasiswa bukan berarti tidak bergerak di tengah situasi seperti ini. Rekan-rekan penulis dari lembaga mahasiswa kerap melakukan persiapan kegiatan yang dilakukan secara online layaknya runtutan program kerja sebelum pandemi, seperti pemilihan panitia, rapat koordinasi sampai rapat teknis. Namun sebuah pertanyaan terlintas dibenak, mungkinkah semua persiapan mahasiswa tersebut sia-sia? Atau akankah program kerja tersebut tetap berjalan?
Hal ini lah yang membuat dilema sebagian besar panitia mengenai tindak lanjut proker-proker LMFEB, antara ditunda atau bahkan ditiadakan. Jika suatu proker tetap ingin dilanjutkan sah-sah saja apabila proker tersebut dapat berlangsung secara online. Namun permasalahan timbul jika tidak bisa dilakukan secara online. Tidak banyak opsi yang tersedia selain menunda pelaksanaannya sampai situasi menjadi kondusif. Ambil saja salah satu contoh kegiatan mahasiswa di bidang penggalian dana seperti penjualan kupon bazar atau lain sebagainya. Meski demi keberlangsungan sebuah kegiatan, namun memaksakan keadaan bukanlah opsi yang tepat. Kegiatan penggalian dana yang memerlukan kontribusi ekonomi banyak pihak dapat berakibat fatal. Daripada merugikan banyak pihak lebih baik bermain aman dengan cara menunda, apalagi karena pada saat ini kondisi perekonomian masyarakat sangat tidak stabil. Keberlangsungan proker tidaklah harus sama persis dengan tahun-tahun sebelumnya, melainkan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di masyarakat agar proker tersebut tetap efektif untuk dilaksanakan.
Sehingga dilema etika kini kemudian muncul, jika suatu proker ditunda maka akan berpengaruh pada proker selanjutnya yang akan terdesak pelaksanaannya. Atau jika ditiadakan tentunya akan mengurangi ruang mahasiswa untuk mengumpulkan point SKP. Entah sampai kapan pandemi berlangsung dan akankah kegiatan berjalan atau tidak saat ini belum bisa dipastikan. Walaupun terkesan menggantung satu hal yang pasti, ingatlah kembali bahwa masalah yang kita hadapi bukanlah hal sepele, melainkan menyangkut jiwa dan keselamatan manusia.
Keselamatan Manusia di atas Segalanya
Terlepas dari semua hal yang terjadi, kita sebagai mahasiswa tidak boleh terlalu lama terlarut dalam kebimbangan, ambil langkah cepat untuk memaksimalkan kinerja proker walaupun hanya dari rumah. Berkreatifitaslah dengan memanfaatkan segala teknologi dan media sosial baik terkait eksekusi kegiatan maupun sebelum kegiatan seperti mengadakan rapat atau alur koordinasi lainnya. Jauh lebih bermanfaat apabila menggunakan momentum ini untuk memperbaiki kekurangan proker sebelumnya dan mempersiapkan segala sesuatunya agar matang untuk dieksekusi setelah pandemi berakhir. Pada kondisi yang terkesan terjepit seperti ini kita sebagai mahasiswa diajarkan untuk bekerja lebih efisien dan memanfaatkan sistem daring agar lebih efektif. Segala aturan yang diluncurkan oleh pemerintah pusat harus kita patuhi bersama agar rantai Covid-19 bisa putus dan kehidupan dapat segera kembali normal. Jangat terpatok pada kepentingan golongan atau pribadi, tetapi utamakan keselamatan semua pihak, karena keselamatan manusia ada di atas segalanya
This blend of Dutch,
She needed the guidance of Alexis De Vell in Fl and shifted to the West Coast to take
some motion pictures. Her beautiful find quickly arrived her as Wicked Pictures 1st
actually contract female.
Chasey has her own signature bank gadget path as being well seeing that many video clips that are ever popular.
Her mainstream credits contain countless appearances in reveals such as HBO’s Tales
From The Crypt, the movie Orgazmo, the Spike Lee video He Acquired
Video game and the audio video for Everclear’s take care of
of The Kids Happen to be Back again In City.
Jessica Sage is a new porn superstar from United Expresses.
Our data display that Jessica Sage will be active which signifies she is nevertheless
making movies presently, undertaking in real time exhibits and/or carrying out photo sets.
She features long been camming and generating content since Jul.
2017. She possesses since turn out to be nominated for 3 awards and possesses long been featured in multiple magazines, incorporating: Glamour, Mens
Well being, Kinkly, and YNOT.